sticky notes

The place for me to blah blah blah..

Year End Post

Btw anw busw,

Baru nyadar liat tanggal postingan sebelumnya, udah masuk 31 Desember 2015, which means ini udah di penghujung tahun. Sebenernya biasa aja sih, di Saudi juga ga ada perayaan tahun baruan, kembang api, keliling monas (mana ada monas di mari?), dll yg bikin macet. Everything goes normally.

Tapi karena dari dulu kebiasaan tiap ganti tahun, tepat jam 12 malem gw pasti lagi nongkrong di atas genting rumah nontonin kembang api dari kejauhan sambil merenungkan apa aja yang udah gw lalui dan gw capai, apa aja resolusi yang terwujud, dan gimana harusnya resolusi tahun berikutnya. Itu juga kalo gak hujan sih 😀

Kali ini gw ga akan share resolusi, karena seperti biasa, I suck at implementing my own plan/resolution. So, mending gw ga menyebut keinginan gw untuk tahun depan sebagai resolusi.

Gw cuma berharap, mulai esok hari (ga mau nyebut “mulai tahun depan” because it’s too mainstream :D) gw bisa semakin baik dari sebelumnya. So that’s it. Aamiin dulu aaah.. AAMIIIN..

Leave a comment »

Let It Go

No, it’s not about that song. Haha.

It’s about forgiving.

Saya mendadak jadi bengong begitu tulis tentang ini, karena ini ga mudah. Walopun di mulut dan di hati berkata memaafkan, tapi masih ada perasaan sedih, walau bukan marah atau dendam. Dan ga mudah untuk cerita tentang ini, karena saya ga mau ada yang jadi berpikiran jelek tentang orang yang pernah melukai saya ini. Please, please, orangnya sebenarnya baik kok, hanya saja beliau pernah terluka batin.

Gini.. Saya tidak diperlakukan secara suportif dan asertif oleh keluarga saya, yang cukup meninggalkan bekas luka di hati dan yang paling utama adalah mempengaruhi karakter saya. Saya jadi pemalu, ga pede-an, sering sedih, dan cenderung menyalahkan keluarga saya, “karena beliau begitu sama saya, saya jadi ga bisa begini-begitu.”

Dan lambat laun akhirnya saya tau, bahwa keluarga saya begitu karena dulunya juga diperlakukan seperti itu. Namun sayangnya, keluarga saya sepertinya terluka batin terlalu dalam sehingga tidak bisa melihat bahwa siklus itu harus dihentikan, karena kalau tidak, saya akan belajar jadi orangtua seperti beliau, lalu cucu mereka juga akan meniru, dan berkelanjutan sampai cicit cucut tujuh keturunan berikutnya (lebay). Atau mungkin beliau sebenarnya melihat, tapi tidak sanggup mengendalikan emosi sendiri dan malah memilih jalan yang paling enak dan mudah; melampiaskan pada anak dan pasangan.

Hoho. Saya sampai di satu titik di mana saya mulai sadar akan siklus ini dan saya tidak mau tumbuh jadi orang seperti itu. Bukannya ga sayang, tapi saya tidak melihat kepribadian seperti itu sebagai role model untuk bisa saya tiru. Bertahun-tahun saya diharuskan hanya melihat cara hidup seperti itu sebagai cara hidup yang sudah paling aman dan tidak perlu menghadapi macam-macam karakter buruk orang, well, karena kalau saya mengidolakan orangtua lain, orangtua saya malah cemburu dan menyuruh saya jadi anak orang itu saja. Lucu, bukan? Saya jadi tidak punya banyak pilihan untuk dijadikan panutan, padahal ini untuk kepentingan perkembangan karakter saya.

Selama beberapa waktu, saya mulai menyadari bahwa saya mulai jadi seperti beliau. Dan saya cenderung lebih suka menyalahkan beliau karena keadaan saya yang akhirnya jadi seperti ini itu akibat contoh dari beliau. And I have to stop this.

Saya mau memaafkan. Dan ya, saya mulai memaafkan, walau masih tersisa rasa sedih. Mungkin ada saatnya nanti saya ga cuma memaafkan, tapi juga ikhlas pernah merasakan hal ini.

Tapiiii.. Saya juga ingin keluarga saya ini memaafkan siapa-siapa saja yang pernah menyakitinya sebelumnya. Karena saya lihat, yang dia lakukan dengan tidak memaafkan itu tidak hanya melukai orang lain dalam keluarga (saya misalnya), dan juga melukai dirinya sendiri, terjebak dalam penjara amarah. Beberapa kali saya mencoba mengusulkan, ber-husnudzon-lah pada orang lain, terutama pada Allah. Bahkan sekarang saya sudah bisa berhusnudzon pada keluarga saya ini, berusaha memahami, bukannya memaksa untuk dipahami.

Setelah menyadari ini, saya merasa banyak sekali tugas yang perlu saya lakukan. Selain membantu menyadarkan keluarga saya ini, saya juga harus merubah karakter saya, kebiasaan saya, cara pandang saya dalam hidup, dan juga mulai bersosialisasi. Sebelumnya, ketika saya belum menikah dan masih dibesarkan mereka, beliau memaksa saya untuk hanya mencontoh dirinya saja. Dan saya bingung, beliau ingin saya menjadi seperti dirinya, tapi juga memaksa untuk bisa lebih dari dirinya dan tidak memfasilitasi saya untuk bisa lebih darinya. Ah entahlah, panjang dan rumit kisahnya kalau saya uraikan lebih banyak dari ini.

Intinya, sekarang saya sudah menikah dan sudah tidak tinggal dekat dengan mereka, jadi mereka tidak bisa lagi melarang-larang saya untuk bersosialisasi dan menjadikan orang lain sebagai contoh baik bagi saya, tidak bisa lagi melarang saya untuk traveling, untuk mengenal banyak orang dan bisa menghadapi berbagai macam karakter.

Dan yang pasti, a lesson learned, dengan memaafkan, saya bisa membuka lembaran baru yang putih bersih. Tugas utama saya selanjutnya adalah untuk bisa memulai diri saya yang baru sambil belajar untuk bisa ikhlas menerima semua yang pernah terjadi dalam hidup. So, just let go..

Leave a comment »

Changing Habit on Process

I like the new me, walau transformasinya masih dalam proses tapi gw sudah tau ke mana arah tujuan gw kali ini and I like where I’m going to. The old me sucks and doesn’t know that she sucks real bad, padahal juga sudah melalui beberapa kali transformasi. Well, versi pertama diri gw berarti benar-benar sucks kalau yang kemarin saja sudah cukup sucks.

So, couple days ago, I felt stuck, feeling mental breakdown. I didn’t know what to do with my life. I felt too lazy just to clean up home, felt like I had no dreams, I had no direction, just felt depressed and empty. I usually didn’t care about this and then got sick and just kept going sleeping for hours, doing nothing, or do something in the very last minute. But days ago, somehow I clearly thought that I had to change this situation. Lha kok jd boso inglais yo? Boso jowo ae to yo..

Gw tersadar kalo gw terus-terusan begini, seumur hidup gw bakalan ngerasa ga live life to the fullest. Udah saatnya gw merubah diri gw, mulai dari kebiasaan dan pola hidup ga sehat gw (makan ga bergizi, suka ngelewatin waktu makan, males rawat diri, menggantungkan diri pada mood untuk bebenah rumah, too much socmed silent reading, begadang, jarang minum air putih). And I started to remember all my friends. Aaalll of my friends who have good quality in them that make me feel defeated. Jujur, gw merasa banyak teman yg meniru kelebihan gw (bahkan bisa lebih hebat dari gw), gw merasa dicurangi karena diri gw digunakan untuk menjadikan diri mereka lebih baik, tapi mereka ga memberi gw apa2 sehingga gw sendiri malah stuck di situ-situ aja. Pdhl mereka bukan melakukan itu supaya lebih baik dari gw (ih pede banget lo), but they did it so they can be better than they were before. So, I started to think. Pointnya adalah; to do that, too! Amati, tiru, modifikasi sesuai style sendiri. Bukannya mereka ga memberi apa2 untuk gw juga berubah jadi lebih baik, tapi gw-nya pada saat itu sepertinya belum terlalu open-mind untuk bisa mengambil baiknya dan buang buruknya. Daripada minta ditolong, lebih baik bantu dan tolong diri lo sendiri untuk menerapkan kelebihan orang lain pada diri sendiri agar bisa jadi lebih baik dari diri lo yg dulu.

Aaaaand, starting from today, gw mulai nyoba ikutin jadwal harian yg gw buat untuk diri sendiri, daripada pagi2 cuma gw pake buat tidur melulu, daripada waktu terbuang sia2 cuma karena gw rebahan leyeh2 sambil geser2 layar HP liatin hal2 yang kurang ada manfaat untuk hidup gw. Alhamdulillah, hari ini sih 75% bisa ngikutin jadwal. I usually suck at implementing my own plans. Well, semua berawal dari niat dan tekad sih ye..

Today I started to do yoga, jalan kaki sambil angkat barbel (berupa dua tabung garam seberat 700gr each), bebersih rumah, merawat diri, makan tepat waktu, minum 2lt air. While taking shower, all of a sudden, gw merasa suka dengan apa yang gw lakukan hari ini. Hey, I like this. This can be the new me. I don’t like the old me, the old me itu hampa, ga bergairah, ga bersemangat, ga happy, ga ada kesibukan, ga ada kerjaan, loser. I wanna change and keep doing this good habit. Gw mau jadi rajin, gw mau kebersihan, kerapihan, dan keindahan, gw mau jadi dewasa dan bijak, gw mau berwawasan luas, gw mau jadi tipe guru (selama ini gw tipe murid kalo kata teman, karena harus ditanya dulu, baru cerita, itu pun ga lengkap, karena ga pede apa yg gw omong bakalan sesuatu yang belum pernah didengar/diketahui orang lain), gw mau lebih mendalami agama Islam. Dan semua itu gw harus tiru dari teman2, contoh nyata terdekat gw.

Environment shapes you! Dalam berteman ternyata kita harus sedikit picky. Picky yg gw maksud itu adalah, kelilingi diri lo, atau usahakan diri lo bisa berada di tengah-tengah lingkungan pertemanan yang baik-baik, that brings out the best in you, yang bisa menjadikan lo lebih baik lagi. Boleh banget ternyata kalau mau pakai azas manfaat dalam berteman, maksudnya gini; semua orang ada plus dan minusnya, kita bisa ambil baiknya-buang buruknya, tiru kebaikannya-ga usah dibahas kejelekannya alias cukup tau aja. Itu dia satu-satunya azas manfaat yang bisa kita gunakan. Dan dengan memilih teman untuk grow up bersama dengan kebaikan-kebaikannya, itu akan mempengaruhi sifat, perilaku, dan kebiasaan kita. Lingkungan yang (bisa) kita pilih itu akan membentuk pribadi kita.

Dan gw bersyukur memiliki teman-teman yang punya banyak kebaikan yang bisa gw amati, tiru, dan modifikasi sesuai jiwa gw. They really turn me into who I am now, and who I will be. The “me” now is good enough, I think. I am lucky enough to be destined to meet some friends that inspire me to make a good change with myself, alhamdulillah.

So, yeah. I like the new me and where I’m heading to. 😉

Leave a comment »

[RESEP] Teri Goreng Pete

Waaaah ngebayanginnya aja udah ngiler lagi padahal baru aja makan malem pake menu ini. Slurrppppp!

Langsung aja ya catet resepnya. Ini resep untuk porsi dua orang (yg lagi kelaparan). Waktu preparenya kira2 1 jam.

Bahan:

150gr dried anchovies

10butir petai

Air 50 ml atau secukupnya, sedikit aja

1 sdm kecap manis

Garam 1 sdt

Gula 1/2 sdm

Terasi 1 bungkus kecil

Bumbu halus:

5 siung bawang merah

5 siung bawang putih

1/2 buah tomat

1/2 sdm red sweet pepper

1/2 sdt chili flakes

Cara:

1. Teri direndam air selama 5 menit supaya pasir dan kotorannya lepas. Cuci bersih, tiriskan, goreng di api besar, jangan terlalu sering diaduk supaya teri ga hancur. Goreng hingga kecoklatan, angkat, tiriskan sampe minyak benar2 luruh.

2. Pete dicuci bersih, dibelah2 sesuai selera.

3. Bumbu yang sudah dihaluskan, dituangi kecap, garam, gula, dan terasi, lalu aduk rata.

3. Panaskan minyak bekas goreng teri tadi kira-kira 2 sdm, goreng pete terlebih dahulu sampai agak coklat, tumis campuran bumbu halus sampai harum dan matang. Tuang air, aduk rata sampai mengental. Koreksi rasa.

4. Matikan api. Tuang teri goreng, tambah sedikit air lagi, aduk rata.

5. Siap disajikan!

Seperti biasa, kenapa nyebar resep ini di blog? Bukannya mau niat nyebar sih, ya kalo kesebar dan resepnya dipakai dan menurut orang lain enak, ya syukur alhamdulillah. Kalo buat orang lain ga enak, yah ini enak kalo menurut suami eykeh. Makanya eykeh taruh resepnya di mari, biar catetan resepnya bisa dilihat2 lagi dan ga hilang kayak kertas resep muffin-ku. Hiks.. *Masih sedih ceritanya*

Duh, ngetik ini aja perut udah kruyukan lagi, padahal tadi udah kenyang, serius deh.. Tadi makan teri goreng pete ini sama nasi putih dan sayur bayam. Cuocokkk abeiissss di lidah kita. Terinya biar ga terlalu pedes, dicampur sama kuah bayam yg manis, aaaahh mantappp.. Besok2 mo coba lagi ah duo menu serasi ini.. ;D

Leave a comment »

Protected: Allah itu Maha Baik

This content is password protected. To view it please enter your password below:

Enter your password to view comments.

[RESEP] Makaroni 1/2 Schotel 1/2 Panggang

Yak resep kali ini masih dengan nama yang aneh.

Makaroni Setengah Schotel Setengah Panggang

Kenapa bijitu? Karina, oh karina.. Begini, resep ini sebenernya bertujuan untuk menghasilkan macaroni schotel. Bedanya macaroni schotel dan makaroni panggang ialah, kalo macaroni schotel itu lebih ‘basah’, sementara makaroni panggang itu versi keringnya. Serupa tapi tak sama. Seorang QC (Quality Control) berpendapat bahwa jikalo ini adalah sebuah makaroni panggang, teksturnya masih kurang kering. Yeah well, karena ini adalah resep makaroni schotel. Tapi sebagai juru masaknya yang sekaligus mencoba masakannya (sampai habis) dan sadar betul kalau ini resep schotel, kok rasanya malah kurang basah, alias di tengah-tengah. Gak kebasahan (emangnya keujanan?), tapi ga kering juga. Makanya ngasih nama serba setengah-setengah, pdhl masaknya ga setengah-setengah lho, dibuat dengan penuh cinta dan penuh kesungguhan. Hihi..

Tapi yang penting mah tetep enaak. Waktu menyajikan ini pas acara pengajian di rumahku, ternyata laku dan pada bilang enak. Alhamdulillaah.. Kucatatkan resep tersebut di sini supaya tidak hilang kandas begitu saja seperti resep muffin, yang super enak yg kutulis di sebuah kertas, yg terlipat terkuntel-kuntel dan hilang entah kemana pdhl resep berharga itu kudapat dari mommy mertuaku yang jago banget baking dan masak. Baiklah, let’s bring it on!

Bahan:

Makaroni kering bentuk pipa 1 pak (225 gr)

Air 1 liter

Minyak sayur/minyak zaitun 1 sdm

Keju cheddar parut 180 gr

Susu cair tawar 750 ml

Corned beef/minced beef 1 kaleng besar

Telur ayam kocok lepas 5 butir

Mentega/margarin 3 sdm

Bawang putih cincang 2 siung

Bawang bombay iris tipis 1 siung

Garam 1sdt

Merica bubuk 1/2 sdt

Pala halus 1/2 sdt

Cara Buat:

1. Rebus makaroni dalam 1 lt air mendidih dan beri minyak sayur/zaitun, hingga empuk. Angkat lalu tiriskan.

2. Panaskan mentega/margarin, tumis bawang putih hingga harum, masukkan bawang bombay, tumis sampai caramelized.

3. Masukkan kornet/minced beef, masak hingga cukup matang. Tambahkan susu dan keju. Aduk hingga rata dan mengental. Tambah garam, merica, dan pala. Aduk rata. Masukkan makaroni, aduk rata. Matikan api.

4. Masukkan 4/5 telur. Aduk rata.

5. Pyrex/aluminium container dilapisi mentega secara merata. Tuang adonan ke dalam loyang pyrex/aluminium container.

6. Tuang kocokan telur 1 butir ke atasnya, sebarkan merata, taburkan keju cheddar di atasnya merata.

7. Panaskan oven 180’C. Panggang selama 30 menit. Kalau daku, 15 menit pertama pakai panas bawah, 15 menit sisanya pakai panas atas bawah dan loyang diputer biar rata kena panasnya.

8. Kalau sudah 30 menit, tusukkan garpu atau tusuk gigi, kalau sudah tidak menempel, berarti sudah matang dan siap konsumsi.

Resep ini bisa sampai 20 porsi, tergantung gimana motongnya sih. Di resep asli tertulis untuk 12 porsi. Potongan daku sepertinya kekecilan hahaha. Abisnya kalo motongnya gede2, takut bleneukk kebanyakan. Oh ternyata pada minta nambah, yowis sepertinya bener untuk 12 orang, dengan potongan gede2.

Nah, kemarin aku sempet nyoba pake keju cheddar ditambah keju mozarella di bawahnya. Hasilnya, wuihhhh oishi ne!! Tapi mungkin next project perlu dicoba juga taburin mozarellanya itu 15 menit terakhir. Soalnya kalo ditaburin dari awal masuk oven, endingnya dia jadi keras dan agak gosong. We want the sticky, creamy mozarella as we have in pizza, right? Mudah2an istiqomah bikin macaroni schotel-panggangnya ya. *talking to myself*

Leave a comment »

Persinggahan Sementara di Al Khobar

Saatnya menepati janji yang pernah aku koar-koarkan di postingan ini bahwa aku akan ceritain tentang apartment-apartment yang pernah kusinggahi bersama misua di Al Khobar. Abis ini lunas yah janjinya. Hihihi..

Apartment pertama kami berlokasi di Eskan, Ash Sharqiyah, Al Khobar. Depan penjara Khobar. Harganya 15.000 riyal per tahun, atau 1.250 riyal per bulan. Tanggal 9 April 2013 adalah pertama kalinya kami berdua sampai di Al Khobar dan langsung tepar bin pules di apartment ini. Saking kecapeannya setelah 9 jam di udara, sampe lupa ngunci pintu depan dan kita bablas tidur sampe sore. Tempatnya sih lumayan kalo diliat-liat. Satu kamar tidur, satu ruang tamu, satu dapur, dan satu kamar mandi imut. Letak kamar kita di lantai 5, dapet view jendela dapur ke arah mesjid Eskan dan Lulu. Lumayan enak pemandangannya, dapet sunrise. Tapi ternyata menyimpan banyak alasan yang bikin kita hengkang begitu kelar kontrak.

1) Listrik sepertinya dimainin sama owner gedung. Listrik di Saudi itu murah, temenku yang sehari-hari nyalain 3 AC, TV, dan barang elektronik lainnya aja sebulan cuma 160 riyal bayar listriknya. Nah aku kebagian disuruh bayar 750 riyal, lantaran satu lantai dibagi empat keluarga. Total 4000 riyal, masing2 bayar 1000, tapi karena aku cuma pake 2 AC, didiskon jadi 750. Padahaaal, TV aja ga punya, barang2 elektronik jg belom ada. Waktu itu masih megap2 perjuangan, jd belum mampu beli barang elektronik. Jadi harusnya listrik ga sampe segitu lah. Udah mana listrik dimatiin tanpa pemberitahuan, jadi harus bayar dulu, baru dinyalain lagi (itu juga ga langsung dinyalain). Ditambah lagi, kita ga terima laporan perhitungan biaya listrik, si owner cuman ngasi tau pokoknya sebulan 4000 riyal untuk 1 lantai kita itu. *Gubrag gak sih*

2) Pas kita akhirnya bayar listrik 750 riyal itu (hiks…cobaan), kita nagih dong minta dinyalain listriknya. Ditelponin pake nomer si mas (yang udah disave di hp si owner), tapi ga diangkat2. Giliran nelpon pake nomer hp aku (yg belom pernah nelpon dia), langsung diangkat. Katanya, dia mau nagihin yang lain dulu, baru bisa dinyalain listrik dari PLN-nya. Ya angkat aja sih telpon dari hp si mas, kenapa nomer yang dia kenal ga diangkat, nomer yang ga dikenal malah diangkat?

3) Kita akhirnya keluar rumah, karena di rumah listrik mati, AC mati. Panas bin gelap, kan. Trus pas sampe parkiran, kita liat mobil si owner otw dateng. Tapi pas liat kita, tadinya mobilnya pelan, eh trus langsung jalan lagi. Kita liatin, pas agak jauhan, mobilnya muter balik. Trus dia liat kita masih nungguin, eh dia belok di gang depan jalan apartement dan parkir gak jauh dari pertigaan. Dia ga turun2 dari mobil, tapi kita yakin banget itu mobil si owner. Akhirnya kita masuk ke gedung, tapi ga naik, cuma biar ga keliatan nungguin aja, soalnya di dalem kan listrik belom nyala. Trus abis kita masuk, sekitar 5 menitan, mobil tadi itu jalan n parkir ke parkiran apartement kita. Dan benar, itu si owner yang lagi main kucing2an ma kita. Hahahaha.. Dasar.. -_-” Trus kita cegat dia pas dia masuk, dia agak kaget tapi sok cool. Trus sok menenangkan, “iya iya, nanti dikabarin lagi. Berapa nomer HPnya? Nanti saya hubungin” Dihubungin aja ga diangkat2, ini lagi pake mau ngabarin. Ngok!

4) Dari awal si mas nyewa ni apartment, udah bilang minta benerin atap, karena atapnya cuma ditutup asbes doang, itu bakalan bocor pas ujan. Tapi si owner cuma “no problem, no problem” melulu, sampe akhirnya kita ga minta benerin lagi karena kita kira udah dibenerin. Ternyata belom, dan pas musim hujan tiba, banjir cyiiin rumah eykeh. Air mengalir di dinding dan menggenang di lantai.

5) Suka muncul anak kecoak di sudut2 lantai dan jendela. Harusnya itu problem di ground floor, tapi kenapa di lantai 5 juga ada. Berarti bikin gedungnya kurang oke.

Apartment ke-dua kami terletak di daerah Makkah Al Mukarramah 10th cross, Thuqbah, Al Khobar. Kami menyebut tempat tinggal kami ini sebagai kost2an, karena cuma 1 kamar tidur dan 1 kamar mandi aja. No kitchen. Ditambah lagi, ini bukan nyewa satu apartment, tapi nyewa 1 ruang tamu (n 1 toilet) yang terpisah di apartment orang untuk dijadiin kamar tidur. Dapur pun diada-adain supaya bisa naro kompor di pinggir kamar. Jarang ada lho orang Indonesia yang bawa istri yang mau nyewa tempat kaya kos2an begini. Ini cuma karena harganya miring banget aja, cuma 700 riyal per bulan, makanya kita mau di sini karena lagi tight on budget banget. Tapi, ada beberapa hal yang menyebabkan kita pengen cabs dari sini:

1) Baru pindah ke situ, udah langsung ada yang ngajak ribut, kita dituduh buang sampah sembarangan sama tetangga orang indihe (indihe semua sih tetangganya). Jadi, pas banget sejak kita pindah ke situ, katanya jemuran si ibu indihe di lantai 1 kena kotoran yang jatuh dari atas. Dia nuduh kita karena yang tinggalnya di atas dia cuma kita. Lha, emangnya kita ga punya tempat sampah? Ada dua tong sampah nih bu, ngapain buang ke jendela. Dikiranya kita kurang berpendidikan kali ya? Beberapa bulan kemudian, si mas lagi di kantor ditelepon sama si bapak kostan, katanya ada yg buang sampah ke jemurannya lagi, dan si ibu itu nuduh kita lagi. Duuuh.. Kalopun kita buang sampah, ditegur 1 kali juga udah cukup buat kita ga buang lagi. Lah ini sampe 2x. Ibu yakin jendela di section ini cuma ada jendela kita doang bu? Padahal di depan jendela kita itu ada jendela orang lain di apartment seberang, dan letaknya dempetan. Bisa kali ngoperin makanan ke jendela sebelah saking deketnya. Tapi kita jarang buka jendela juga sih, ogah banget diliatin lagi ga pake jilbab kan. Akhirnya si ibu ga nuduh lagi setelah si bapak kostan kita suruh masuk kamar n liat kalo di jendela kita juga ada kotoran kulit kuaci yang sepertinya dibuang sama jendela teratas di apartment sebelah yang kalo malem suka buka jendela. Walau si ibu udah reda marahnya, n udah balik ke negaranya, n kita juga udah move on, tapi jadi cukstaw ajah kalo negara itu tipe kepribadiannya kayak gitu. Banyak yg ngerasa better daripada orang2 asia, jadinya berani nuduh gitu. Yah.. Cukstaw!

2) Ga ada lift, kita di lantai 2 (urutannya ground, 1st floor, 2nd floor). Kalo bawa belanjaan mingguan, rontok dah tu tangan. Dan paling ga enak kalo udah sampe bawah, trus baru inget lupa bawa dompet/HP. Naek lageeee.. Bagus sih olahraga jadinya, tapi kasian kalo si mas baru pulang kantor n badan udah kecapean, masi disuruh naik tangga.

3) Ga ada dapur. Jadinya masak di salah satu area di kamar, naro kompor di meja pendek ala IKEA, trus kalo mau nyuci piring, capeeee bolak-balik. Ini yang bikin aku males banget masak, dan si mas juga jadi ga bisa bantu masak karena tempat masaknya terlalu pendek buat si mas.

4) Baru tau kalo daerah sini ala-ala Bronx. Banyak orang item yang suka nongkrong di pinggir jalan depan apartment. Kalo kita pulang belanja mingguan terlalu malem, suka diikutin sampe depan pagar listrik apartment kita dan diteriakin sesuatu yg kita ga ngerti artinya. Dan, mereka suka banget teriak2 ala di hutan afrika, caper. Kadang suka ada mobil berenti aja lagi di jalanan, cuma buat ngobrol sama mereka n teriak2 ga jelas, trus mencet klakson berkali2 nyari perhatian apaan tauk ga ngerti. Jadi ngerasa ga aman.

5) Pernah denger bapak dan ibu kostan bertengkar sampe si ibu kostan teriak2 histeris n mukul2 badan sendiri n nabok2 barang sekitarnya. Sereeeemmm.. Ga mau denger lagi ah, pindah aja.. Hoehehe..

Apartment ke-tiga. Dari tiga apartement yang kami singgahi, ini yang paling mendingan. Ada ceritanya nih gimana akhirnya bisa dapet tempat ini. Ngerasa keinginan gue diwujudkan banget sama Allah. Jadiiii, pas baru masuk bulan April, kita udah searching2 apartment di expatriates(dot)com yang menawarkan harga under 15.000 riyal per tahun, karena kita mampunya baru segitu. Singkat kata, yg di bawah 15ribu itu udah jarangggg banget yg bagus. Kalopun ada, kayanya ga mungkin ditaro di expatriates, pastinya harus ada koneksi dari penghuni apartment bagus itu sendiri.

Nah, gw nemu apartment 2 bedroom, 1 small kitchen, 1 bathroom, dan 1 hall, dengan harga 15ribu per tahun. Waaah mure tuuuh. Lokasinya juga dekat dengan salah satu teman kami dari kantor lain. Akhirnya kita datang dan lihat2, tapi ternyata kondisinya crappy. Ada lift tapi kayak lift barang yang kotor dan kumuh, dapurnya cuma muat satu orang doang dan kotor. Ga worth it kayanya utk harga segitu. Akhirnya kita pulang dan jalan kaki di sekitar daerah situ sambil sekalian nanya2 real estate agent.

Nah, pas hubby masuk ke satu agen di deket situ, mata gw tertuju pada sebuah apartment yang dari luar sepertinya bagus, nyaman, dan hati langsung ngerasa sreg walo baru liat dari luar. Gw fotoin spanduk iklannya yang bertuliskan “FOR RENT (nomer telpon yang bisa dihubungi)” supaya hubby tanya ada kamar kosong gak. Pas hubby keluar dari kantor agen, katanya yg harga 15ribu udah ga ada di daerah situ. Itu tahun lalu. Sekarang udah naik jadi 19ribu ke atas per tahun. Sempet kecewa karena mikir jangan2 apartment yg gw liat dari luar itu juga ga ada yg murah. Ya udah, kita jalan ngelewatin depan apartment bagus itu sambil gw berdecak penuh harap “Tuh yang kiri belum ada ACnya, siapa tau masih kosong..” Hubby cuma bisa bilang “ayang, yg sabar yaaa..”

Long story short, teman kami yang tinggalnya dekat daerah apartment crappy 15ribu kemarin itu ngabarin gw kalo di apartment temennya di deket rumah dia, ada yg kosong, harganya 11.500 riyal per tahun, tapi cuma ada 1 kamar, 1 dapur, dan 1 kamar mandi. Hati entah kenapa ngerasa santai dan ga pengen buru2 liat tempat yang diinfoin. Janjian malem dijemput teman kami ini untuk ke apartment yang ditawarkan, ternyata teman mereka yang tinggal di apartment itu sedang di luar kota dan ga bisa ketemu untuk lihat2 apartment. Oke, beberapa hari kemudian, katanya temannya itu sudah balik lagi ke Khobar, dan bisa malemnya ketemuan. Pas dianterin ke apartment yang dimaksud, lhaaaa ternyata ke apartment bagus yg gue tatap penuh harap kemarin ituuuu! Hahaha.. Gw sendiri bingung, kok bisa siiih??

Tapi, apartment yang ditawarkan ternyata beneran cuma 1 kamar doang, ga ada hall, ga ada ruang TV, ga ada ruang tamu, ga ada ruang makan. Masih mirip kos-kosan, tapi yang ini kalo didandanin bisa secakep kamar suite hotel. Serius. Denahnya mirip2 kamar hotel, kalo dikasi karpet full satu ruangan n perabot yang tepat pasti cakep. Sayangnya budget kami masih belom sanggup untuk itu semua. Toh kami berencana untuk pindah ke kamar yang at least ada ruang tamunya di apartment ini kalo ada yang exit atau pindah dari sini.

Alhamdulillaah wa syukurillaahh. Walopun bagi orang lain, ini mungkin kecil banget. Komen pertama di benak yang dateng pasti “udah begini doang rumahnya?”, tapi kami ngerasa alhamdulillaah banget dapet tempat ini. Karena pernah ngerasain yang jauh lebih sempit dari ini, apartment baru kami ini terasa lega. Kami sangat bersyukur, jadi rasanya nyaman2 aja tempat ini. Dapet jendela dengan view bagus pulak, dapet sinar matahari terbit dan tenggelam pula (ngadepnya ke selatan). Liftnya bagus dan full cermin, tiap hari ada petugas kebersihan, penjaga gedung mau bantu urusan air minum, dan ada kemudahan lainnya berupa lokasi yang begitu strategis. Depan gedung persis ada baqala kecil, deket sama jalan raya, dan di pinggir jalan raya ada mini mart yang bagusan dan lumayan lengkap, trus dekeeet banget sama restoran2 (Hardees, KFC, Pizza Hut, Chinese Tandoori & Griil (kalo gak salah sih namanya), Indian Tandoori, Baskin Robbins, China Town), ada juga hotel dekat sini (kalo ada hotel, berarti daerahnya bagus. Gak mungkin kan hotel milih tempat di daerah Bronx kayak apartment ke-dua kami), ada SACO World yang katanya terlengkap, ada dental care, ada home furniture store, dan dekat dengan Rasyid Mall. Ini benar-benar kemudahan yang Allah berikan melalui teman kami, alhamdulillah..

Yak segitu dulu ceritanya. Kalo kami akhirnya bisa dapet kamar lain yg ada ruang tamunya di gedung ini, akan diupdate lagi yah. *Hopefully waiting for it to happen* 🙂

Leave a comment »

Pindahan Rumah Part 2

Alhamdulillah. Pindahan barang-barang dari apartment lama sudah beres. Tanggal 27 April 2015 kemarin kita pindahan, walaupun gak lancar-lancar banget dan ada beberapa kendala, tapi alhamdulillah kami bisa melewatinya dengan sabar dan tetap semangat, dengan menyerahkan semua pada Allah hingga ga terasa berat untuk dijalani. Sehingga merasa kalo ini udah termasuk lancar 🙂

Yah, kendala dan kesulitan itu diciptakan untuk menguji kesabaran makhlukNya. We happen to learn about it by doing it. Selama ini kami berdoa mohon diberi kemudahan dan kelancaran, tapi baru sekarang ini mulai paham, hidup ini ga selalu harus sempurna, tersedia berbagai hal, mudah, dan lancar segala urusan. Kendala/masalah akan selalu ada dalam hidup (kalo sampe ngerasa ga ada masalah, katanya sih sebenernya ada yg salah tuh). Yang penting, masalah itu ga boleh sampe bikin keluarga terpecah-belah, ga boleh merubah diri kita jadi lebih buruk dari sebelumnya, dan kita melaluinya bersama-sama. Itu yang menjadikan kita keluarga yang kuat.

Lo boleh punya banyak rintangan, tapi ingat.. Lo harus punya Allah, pencipta lo yang jauh lebih hebat.

Baru belakangan ini gw berdoa mohon diberikan yang terbaik yang Allah pilihkan untuk kami, karena yang datangnya dari Allah sudah pasti ada maksud yang begitu baik dan tulus, walaupun awalnya ada yang terlihat tidak menyenangkan untuk kita terima.

So, kendala-kendala saat pindahan kemarin, yang pertama adalah mover yg ternyata cuma mau mindahin barang2 elektronik dan lemari (itu jg dinego). Dan biaya pindahan cukup mahal 500 riyal hanya untuk barang2 elektronik aja, plus 150 untuk tiga orang mover. Tapiiii, karena mobil pick upnya masih ada space kosong, mereka bersedia bantu bawain beberapa kardus. Aaaaand, pas udah sampe apartment baru, hubby lupa bawa remote AC. Jadilah mereka bersedia balik lagi ke apartment lama supaya hubby ambil remote dan diperbolehkan sekalian angkut beberapa barang2 lagi. Itu pun masih ada sisa sekitar 12an box lagi di apartment lama.

Sebenernya bisa aja pindahan sendiri asal punya mobil. Tapi kami belum punya mobil, jadi harus bolak-balik naik taksi untuk pindahan sisanya. Kalo mau minta tolong teman yang punya mobil, duhh gw pribadi sih agak sungkan buat minta-minta tolong kalo masih bisa dikerjain sendiri. Lagipula teman2 sekantornya hubby yang punya mobil juga ga ada yang nawarin. Makin gue ga enak lah buat minta tolong, kalo ga ditawarin ya gw ga mau minta duluan. Eh yang menawarkan bantuan pindahan pake mobilnya itu malah teman dari kantor lain, tapi kasihan ah. Selama masih bisa dikerjain sendiri, insyaAllah ga mau ngerepotin.

Kendala kedua adalah hubby tiba-tiba kena demam sampe menggigil, ga nafsu makan, pusing, mual, dan lemes. Pas jadwalnya hubby libur jadi ga bisa digunakan untuk bolak-balik naik taksi untuk pindahan sisa barang. Mungkin ini cara Allah supaya kita jaga kesehatan jg. Dan di balik kesulitan, ada kemudahan. Dua orang teman kantor yang cukup dekat dengan hubby (para bujangan) tiba2 balik dari rig dan pulang ke kota. Mereka bersedia membantu kami pindahin sisa barang di tempat lama. Alhamdulillaah..

Akhirnya tanggal 5 Mei kemarin ini, kita bersihin tempat lama, pamit sama bapak kostan, dan masing-masing nenteng banyak barang. Haduuuh.. Terima kasih banyak, jazakumullah khoiron katsiron.. Semoga Allah membalas kebaikan kalian dengan kebaikan yang lebih banyak lagi. Oh ya, satu lagi hikmah dari adanya kesusahan; kita jadi tau siapa yang benar-benar ikhlas menolong, siapa yang benar-benar tulus berteman dengan kita walau kita masih berada di bawah, dan siapa yang tidak pilih2 teman dan tidak menilai orang dari status.

Alhamdulillah sahabat-sahabat kami di sini baik semua.. 🙂

Leave a comment »

Pindahan Rumah.. Part 1

Assalamu’alaikum warrahmatullah wabarakatuh..

Alhamdulillah kabar baik. Eh ga ada yang nanya yah? *krik krik*

Namanya juga blogging. Ngomong, ngomong dewek. Ketawa, ketawa dewek. Hahaha.. (tuh kan)

So, my life these days, adalah tentang dua hal; sakit dan pindahan rumah. Beberapa hari yang lalu, si mas kena demam, dan di hari ke-3, daku tertular. Tapi langsung ta’ gempur pakai air hangat & lemon, wedang jahe, obat flu, dan istirahat sebanyak-banyaknya, alhamdulillah cuma bedrest satu hari aja. Beda cerita sama si mas, sampe sekarang masih greges aja badannya, belum sembuh total. Ya Allah, semoga si mas cepat sembuh yang tidak kambuh lagi penyakitnya. Laa ba’sa thohuurun, insyaAllah ya mas ya.. *iya.. (jawab, jawab sendiri..)

Kenapa dibahas tentang sakit? Makarena, eh karena… *jengjeeeeng*… Gara2 sakit inilah, daku harus bedrest dan juga merawat si mas, maka acara nyicil packing pun tak terlaksana sedikit pun, alhasil baru bisa malam ini kelar ngosongin isi lemari. Padahal pindahannya udah tinggal dua hari lagi. Ngebuuuuutttt packingnya! Sebenernya udah direncanain bahwa kita akan nyicil mindahin barang2 yang kecil by taxi pas si mas libur, eeeh pas libur malah sakit. Yowis akhirnya nanti tukang akan bawa barang2 kita semua-muanya deh. Mudah2an biayanya murah. Aamiin.. *pliiiisss*

Sama apartment baru nanti, berarti aku udah nyobain tiga apartment dalam waktu 1,5 tahun. Apartement-apartment yang pernah kusinggahi bersama suamiku akan kuceriterakan di postingan lain waktu ya.

Jadwal pindahan kemarin 24 April 2015 adalah ngosongin lemari.

Jadwal hari ini (masih jam 1 pagi nih, belom bobok) 25 April 2015 insyaAllah adalah masuk2in peralatan masak dan makanan, yang ga akan digunakan dua hari ke depan, ke kardusnya. Juga, memasukkan peralatan2 lain di rak ke dalam kardusnya, trus bongkar raknya jd bisa dimasukin ke kantongnya.

Jadwal besok 26 April 2015 insyaAllah adalah ngosongin kulkas n sekalian bersihin kulkas, masukin sepatu ke plastik, bungkus kasur pakai plastik, bersihin kamar mandi.

Jadwal hari H 27 April 2015 insyaAllah adalah masukin peralatan makan dan masak yang sudah kelar dipakai ke boxnya, kosongkan dan cuci toilet Tiger, masukin Tiger ke kandang, pindahan, final bersihin kamar, n serah terima kunci ke bapak kostan, n selesaikan urusan administrasi ke si bapak kostan.Yak. Semoga Allah memberi kemudahan, keringanan, dan kelancaran selama proses pindahan ini. Allahumma yassiir, wa laa tu’assiir. Hasbunallah wani’mal wakil, ni’mal mawlaa wani’mannassiiir. Aamiin.

See you on my next post!

1 Comment »

Inspirations Around Us

Berkaitan dengan postingan beberapa waktu yg lalu mengenai ibu jaman dulu belum kenal teknologi internet, belum kenal google jadi ga bisa cari “wangsit” lewat hp atau laptopnya untuk sekedar cari resep, cari tips, atau cari pengobatan tradisional kalo anak sakit. Postingan kali ini masih tentang hal itu.

Kali ini saya mau cerita tentang inspirasi yang saya dapatkan dari seorang teman yang memiliki semangat belajar yang tinggi. Ternyata kami memiliki tipe ibu yang sama; ga kenal internet, ga punya keahlian khusus untuk diturunkan pada kami, dan ga tau di mana tempat belajar keahlian yang diminati. Bedanya, teman saya itu ada kemauan yang kuat untuk belajar, dan dia sangat serius belajar. Kalau yang lain sekilas mengenalnya hanya sebatas, “oh dia yang pinter itu, sepertinya tau banyak karena sering menimpali dan menambahkan beberapa hal ketika diskusi.”

Ya itu karena dia benar-benar serius dalam mempelajari dan menambah wawasan. Dia pernah berkata pada saya, “karena ibu saya ga bisa nurunin ilmu ke saya, jadi saya yang cari ilmu. Saya pengen kalo punya anak nanti, bisa saya warisi ilmu-ilmu bermanfaat.” Dan dia daftar banyak kursus keahlian.

Di situ saya langsung tersadar. Teman saya ini semangat belajarnya bagus sekali. Beda banget sama saya yang kepentok sama ortu yg tidak mendukung saja langsung kalah. Padahal selama itu bukan hal buruk yg tidak bermanfaat, dan memang ada minat, kenapa harus mendengarkan perkataan yang tidak membantu saya membangun jiwa yang bersemangat belajar, bahkan yang datang dari keluarga sendiri? Harusnya semangat saya bisa lebih kuat dari ini. Mestinya saya bisa lebih keras pada keinginan belajar saya dan mematahkan jargon “orang kayak kamu pasti ga bakal bisa” khas ibu saya.

Baiklah. Keinginan belajar dengan misi untuk mewarisi ilmu bermanfaat pada keturunan sudah ada. Tinggal belajar dari teman saya ini, bagaimana mempertahankan semangat ini agar terus berkobar.

Sekarang saya juga sudah ada suami, minta dukungan ya ke suami. Ga perlu lagi minta dukungan materi dan spiritual dari ortu. Alhamdulillah suami selalu dukung 100% kalau saya mau belajar sesuatu. Cuma, karena banyak yang harus diprioritaskan dalam urusan dana, jadinya belum juga terlaksana mau belajar berbagai hal. Major interest saya sih ke kerajinan tangan, ga tau dari dulu suka geratilan tangannya. Coret2 gambar kalo yg gratisan, kalo yg pake modal dikit ya bikin boneka dari kain flanel. Cuma bisa berdoa, semoga ada suatu saat di mana saya bisa fokus belajar, tersedia dananya, tersedia waktu dan tempat dan alat-alatnya, juga dukungan dari suami dan anak2 nantinya, dan bakat yang mumpuni serta kreativitas yang menjadikannya unik. Aamiin. Can I hear ‘aamiin’ from you, too? 😉

Leave a comment »